Friday, February 03, 2006

Pengalaman Adalah Guru Terbaik

Day 95 of my unemployment. Aku sudah menjalani 2 kali proses penerimaan pegawai di Sun Life Financial. Pertama, dua hari setelah aku lepas dari perawatan di RS PGI Cikini. Tiga tahap wawancara (SDM 2 kali + User 1 kali) ditambah psikotest berbahasa Inggris. Semuanya berlangsung dari jam 08:00 sampai jam makan siang. Aku saat itu masih belum 100% pulih tapi Alhamdulillaah bisa bertahan sampai selesai. Berikutnya, wawancara dengan Pak Gatot (supposedly he is the Technical Directors). Mestinya aku datang sore hari sehari sebelumnya. Cuman pas aku udah deket gedung kantor Sun Life, aku kena cipratan air hujan dari jalan. Bajuku kotor dan basah semua. Aku minta wawancara ditunda hingga besok paginya. Aku nggak tahu apakah hasil wawancara bagus atau nggak. Soalnya, nggak seperti biasanya, aku nggak bisa banyak ngomong. Aku merasa tidak siap. Mestinya aku pelajari lagi isi CV yang sudah aku kirim. Mudah-mudahan--harapanku--aku bisa mendapat pekerjaan ini. Pak Gatot bilang banyak kandidat lain untuk posisi ini. Sementara ini aku kerja paruh-waktu sebagai penerjemah-lepas bagi Deka & TNS. Aku dapat order dari DEKA melalui Dewi temenku. Di TNS, aku dapat order dari Ellen, Internal Translator, temen Dewi. Kalau aku pakai istilah Friendster, Dewi itu first-degree friend dan Ellen adalah second-degree friend (I know Dewi and she knows Ellen). Kemampuanku menerjemahkan dokumen berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia, dan sebaliknya, tidak lepas dari pengalaman yang didapat sewaktu masih di MLC. Saat itu aku memang sering mendapat tugas sejenis. Pertama kali aku lakukan di tahun pertama aku kerja. Aku menerjemahkan proposal dan polis asuransi ke dalam bahasa Inggris. Saat itu aku tidak menyangka kalau pengalaman tersebut akan bermanfaat di kemudian hari. Aku harus berterimakasih kepada Bapak Steve O'Reilly (saat itu Direktur Teknik) yang sangat teliti mengedit setiap hasil terjemahanku. Ucapan terimakasih juga harus aku sampaikan kepada Bapak Henry Then (Chief Financial Officer MLC saat ini), beliau seringkali menyampaikan kritikan dan membagi ilmu tentang format pembuatan laporan supaya mudah dibaca. Misalnya saat aku ditugaskan untuk menyiapkan ringkasan kontrak-kontrak reasuransi untuk kantor pusat di Sidney. Kemampuan aku menulis bahasa Inggris memang lumayan OK. Sayangnya aku tidak memiliki kemampuan berbicara dan mendengar bahasa Inggris yang cukup bagus. Contohnya, saat wawancara di Sun Life, aku benar-benar merasa kewalahan. Begitu susahnya aku menuangkan apa yang ada di pikiranku dalam bahasa Inggris, sampai-sampai ngomong itu terasa pegal. :)