Tuesday, September 14, 2010

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H

Ramadhan dan Lebaran sudah berlalu, namun mudah-mudahan belum terlambat untuk memohon maaf kepada Anda semua. Kemarin saya sudah berusaha menghubungi semua orang, terutama melalui SMS.

Sayangnya tidak semua SMS sampai ke nomor yang dituju:

  • 189 SMS delivered
  • 65 SMS failed
  • 6 SMS masih pending

Intinya, tidak masalah sampai atau tidak sampainya SMS saya ke HP Anda, saya tetap mendo'akan yang terbaik untuk Anda semua. Semoga hari Raya Idul Fitri membawa berkah untuk kita semua.

Thursday, September 02, 2010

Lebaran kali ini mungkin tidak pulang kampung

Tadi pagi di sela-sela kesibukan mengerjakan beberapa report yang harus selesai "sebelum Lebaran", saya menimbang-nimbang untuk mengajukan cuti. Itu juga setelah menerima email dari Mas Wardoyo (orang SDM) yang membawa berita baik tentang:

  • Tanggal 8 September 2010 : jam kerja hanya sampai jam 12:30
  • Cuti bersama Iedul Fitri, 9 dan 13 September 2010 tidak memotong cuti tahunan.

Langsung saja saya sambar N73 yang sudah mulai menua. Saya pun telepon istri.

Saya : "Bagaimana, lebaran ini kita jadi ke Tasik?"
Istri: "Tidak. Takut kontraksi di jalan."
Saya : "OK. Kalau begitu aku tidak cuti."

Kesimpulan: tahun ini mungkin tahun pertama saya lebaran tidak pulang kampung, Insya-Alloh, Setelah 36 kali selalu lebaran di rumah orang tua!

Saturday, August 07, 2010

Menjelang Kelahiran Anakku

Saya tetap susah membayangkan bahwa sebentar lagi saya akan memiliki anak. Saya akan menjadi seorang bapak. Perasaan saya masih campur aduk. Syukur perasaan senang selalu mendominasi — membantu saya menyiapkan diri, minimal secara batiniah.

Beberapa minggu yang lalu, saya dan istri pergi ke dokter untuk kontrol rutin si jabang bayi. Kami bersyukur bayi dalam kandungan istri sehat wal 'afiat.

Entah mengapa, setiap sesi USG dan saya melihatnya dan mendengar detak jantunganya, muncul perasaan — sejenis perasaan haru tapi senang — yang membuat saya ingin menangis. Saat itu juga. Maha Besar Alloh! Maha Suci Alloh!

Sampai sekarang pun saya masih belum melepaskan status hanya sebagai anak yang begitu penuh kebebasan (ini pendapat saya). Maksud saya, jika saya mempunyai anak, saya tidak hanya mencontoh tapi harus menjadi contoh [yang baik] bagi anak saya.

Kita semua tahu (dan banyak orang yang bilang atau menulis) bahwa tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua [yang baik]. Perubahan status ini sungguh menantang dan sekaligus membuat saya khawatir dan sedikit grogi.

Apa saya bisa melaluinya dengan baik? Waktu akan menjawabnya!