Tuesday, February 21, 2006

Just Older

21-02-2006 8:27:29 AM Day 113 of my unemployment What will you be in the next ten years? Pertanyaan tersebut pernah aku temui saat mengikuti psiko-test sepuluh tahun yang lalu. Jawabku: "Saya seorang pekerja, sudah menikah, dan punya dua anak!" Bwahahaha! Memang aku punya keinginan untuk menikah di usia 27 tahun. Entah apa spesialnya usia 27 tahun sampai aku berencana menikah di usia tersebut. Jadi dalam pikiranku terbentang rencana: 23 / 1996 : Kerja * 24 / 1997 : Kuliah S1 * 25 / 1998 : Kuliah S1 * 26 / 1999 : Selesai kuliah S1 & kembangkan karir * 27 / 2000 : Nikah 28 / 2001 : Lahir anak ke-1 29 / 2002 : Nabung untuk beli rumah * 30 / 2003 : Nabung untuk beli rumah * 31 / 2004 : Punya rumah * 32 / 2005 : Lahir anak ke-2 33 / 2006 : Here I am a working man with a wife and two kids * Tercapai. Beruntungnya aku, rencana tersebut 70% sudah terlaksana di penghujung akhir tahun ke sepuluh. Sekarang aku kembali ke titik awal di tahun 1996: tidak punya pekerjaan tetap! Lucunya pada bulan Februari 1996 aku nganggur sudah 5 bulan sejak lulus dan pada bulan Februari 2006 ini aku sudah nganggur 5 bulan juga semenjak berhenti kerja di MLC. Deja vu! Sometimes I get to feelin' / I was back in the old days - long ago / When we were kids, when we were young / Things seemed so perfect - you know! / The sun was always shinin' - we just lived for fun / Sometimes it seems like lately - I just don't know! / The rest of my life's been - just a show / ... / ("These are the days of our life" - Queen, 1991) A boy's dream is to come home man again. Keep trying, Boy!!! I'm with you.

Sunday, February 19, 2006

Conversational Terrorism

Day 111 of my unemployment. Kadang-kadang, bahkan seringkali, kita tidak mau kalah dan melakukan segala cara untuk menang, untuk mempertahankan posisi, pendapat, dan lain-lain. Contoh paling nyata adalah dalam beradu argumen. Kita sering tidak bisa menerima atau menghindari fakta, argumen, atau pemikiran orang lain yang lebih benar. Alasannya cuman karena tidak mau kalah atau kehilangan muka. Pernahkah kita, saat terpojok, berkata, "Saya sebenarnya ingin menanggapi pendapat tersebut, tapi kalau menimbang latar belakang, pendidikan, dan intelijensi Anda, saya benar-benar yakin bahwa Anda tidak akan paham!" ?? Kadang kita berkelit (untuk mengulur waktu) terhadap suatu pendapat yang mengancam kredibilitas kita dengan berkata, "Pendapat Anda mungkin benar tapi kita harus menunggu data lengkap untuk memastikannya!" Atau bila Anda tidak senang terhadap suatu pertanyaan yang memojokkan Anda, Anda bisa bertanya balik sambil menyerang si penanya dengan berkata, "Misalnya saja, bila Anda adalah orang yang luar biasa bodohnya tapi berlagak pintar. Apa tanggapan paling tepat, bila Anda ada di posisi saya?" Bila pacar Anda memiliki pendapat yang bersebrangan dan dia di pihak yang benar. Sementara Anda tidak setuju dan tidak memiliki pembenaran atas pendapat Anda, mungkin Anda akan berkata, "Ah, kamu tidak sayang lagi sama aku!" Bah! Secara tidak sadar kita menggunakan taktik-taktik licik ini dalam kehidupan/percakapan sehari-hari. Dean & Laura VanDruff menganggapnya sebagai salah satu bentuk terorisme (the use of violence and threats to intimidate or coerce, especially for political purposes) kita terhadap orang lain. Dalam artikelnya yang berjudul "Conversational Terrorism: How NOT to Talk!", VanDruff menjelaskan berbagai teknik percakapan/argumentasi curang ini, lengkap dengan contohnya. Menurut mereka, tujuan penulisan artikel tersebut supaya orang tidak menggunakannya, bisa tahu dengan cepat bila orang lain menggunakannya. Kenyataannya mungkin Anda akan tergoda untuk mencobanya / memakainya. Bila teknik-teknik yang disajikan oleh VanDruff masih terasa kurang bagi Anda, banyak pembaca artikel yang memiliki teknik-teknik yang lain! Link didapat dari del.icio.us.

Thursday, February 16, 2006

Foto-foto Keren Liweiart

Pas baca-baca Boing Boing, aku menemukan link ke portofolio foto-foto dari Liweiart (seorang performing artist). Keren-keren banget. Coba aja lihat sendiri!

Wednesday, February 15, 2006

Quickly Diminishing Severance Package

Day 107 of my unemployment Severance Package = pesangon Pas aku terima pesangon, aku perkirakan bisa bertahan tanpa pekerjaan paling tidak selama setahun. Ternyata pesangon sudah habis dalam enam bulan. Sementara aku tidak kunjung mendapat pekerjaan. Ikut daftar ujian masuk CPNS juga tidak banyak membantu karena terhambat umur. Banyak juga hal-hal lain yang menghambat, seperti adanya persaingan yang tidak sehat. Aku juga nyaris melakukan hal tersebut. Tuhan telah membantu aku terhindar dari praktek tersebut. Alhamdulillaah! Sebenarnya aku tidak benar-benar menghabiskan sendiri pesangon. Ada gula, ada semut. People flock to me when they know I have a lot of money from severance package. Kebanyakan memang sangat memerlukan uang tersebut more than I did, at that time. Mungkin cuman aku yang berfikir bahwa pesangonku akan segera habis dan tidak bertambah. Betul saat itu aku punya banyak uang tapi nggak ada lagi pemasukan tetap. Tahun ini adalah tahun kenaikan harga: listrik, bensin, beras, minyak tanah, ongkos angkutan umum, dan banyak lagi. Biasanya semua itu tidak terlalu bermasalah bagi aku. Aku tinggal menyesuaikan gaya hidup saja. Tinggal menyesuaikan apa yang bisa dibeli dengan gaji sebulan. Sekarang segala kenaikan itu sangat membantu mempercepat habisnya uang pesangon. Ya, benar, aku tinggal menagih dari teman-teman. Kenyataannya situasi ekonomi yang sulit juga telah mempengaruhi kemampuan mereka untuk membayar kembali uangku. Ada juga temanku yang memenuhi janjinya dengan mencicil semampunya. Usaha mereka patut diacungi jempol. Seberapa pun uang yang mereka berikan, sungguh sangat berarti untuk ku. Sekarang ... tinggal berdo'a dan berusaha mendapat pekerjaan baru ... sambil nunggu keluarnya uang jamsostek :)

Thursday, February 09, 2006

Drifting

Day 101 of my unemployment To drift : to be carried away, as by current of water or by force of circumstance. Hanyut (bahasa Indonesia) Kemarin adalah hari ke-100 masa-masa nganggur penuh harap dan penantian. Apa perlu dirayakan? Aku tidak yakin mesti bagaimana. Just drifting away! Selama aku masih mau berusaha, tidak ada yang perlu dikhawatirkan! Kemarin ... semua tentang kemarin ... aku kirim file hasil terjemahanku, tentang survai sabun untuk perempuan. Aku jadi sedikit tahu tentang inspirasi dan aspirasi perempuan beserta kerumitan dan kedetilannya. Berbeda dengan survai tentang motor terhadap responden laki-laki, yang serba lugas dan simple, perempuan memang lebih detil dan penuh perasaan. Sangat menarik sekaligus melelahkan aku. Bayangkan, aku mesti menterjemahkan hasil wawancara terhadap 39 orang perempuan. Satu kuesioner terdiri atas 35 pertanyaan. To add insult to the wound (kata orang bule), hampir semua pertanyaan berupa pertanyaan terbuka. Pokonya pertanyaan-pertanyaan yang diikuti kata-kata ... attention: explore well / clarify ... gitu, deh! Artinya, aku harus berhadapan dengan jawaban perempuan yang sangat detil, unik, dan beragam. Hasilnya, dari 26.735 kata berbahasa Indonesia, aku terjemahkan menjadi 22,919 kata berbahasa Inggris! Kalau satu paragraf rata-rata memiliki 50 kata. Berarti aku menerjemahkan 535 paragraf berbahasa Indonesia menjadi 455 paragraf berbahasa Inggris! Phew! Terus buat menambah "insult" ke "wound"-nya ... beberapa minggu yang lalu, sebenarnya aku sudah menyelesaikan tugas ini. Saat file masih kebuka, tiba-tiba listrik padam! (Seperti biasa dan nyaris teratur. Tidak peduli tarif listrik naik terus!) Hasilnya, saat aku buka lagi filenya berisi: JHTG$%##@XY%Y^%^%()&%#$^%)&*$$##@%$ Kesimpulan : mesti ngulang lagi! :D Aku nyaris frustasi tapi terobati dengan berpikir bahwa yang aku lakukan itu seperti sedang membaca pikiran perempuan! Akhirnya aku jadi merasa tertarik -- excited -- untuk 3T alias terus, terus, dan terus. Seperti Duracell's Bunny, "Never say die!" ... despite hardship ... I persevere :) Jadi teringat film "What Women Want"-nya Mel Gibson! Perempuan memang 'sophisticated' dan penuh nuansa! Mengagumkan sekaligus sulit untuk dipahami. Aku jadi teringat lelucon tentang seorang laki-laki yang menemukan botol di tepi pantai. Saat dia buka tutup botol, keluar jin. Jin mempersilahkan si laki-laki untuk mengajukan satu permintaan sebagai tanda terimakasih. Tempat kejadian adalah di pantai barat Amerika Serikat. Jin : "Terimakasih Anda sudah membebaskan saya! Saya akan mengabulkan satu permintaan Anda sebagai tanda terimakasih!" Cowok : "Saya ingin dibuatkan jembatan ke Hawaii supaya saya bisa sering berjemur di sana!" Jin : "Gila! Kamu tahu tidak berapa ton baja, semen, dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk membuat jembatan itu. Coba yang lain saja!" Cowok : "OK deh" [terus berpikir agak lama] Cowok : "Kalo gitu, saya ingin bisa memahami perempuan biar saya bisa lebih menyayangi istri saya!" Jin : ... [diam, berpikir keras, lama] Jin : Hmm, begini saja, ... Anda ingin jembatan ke Hawaii memiliki berapa lajur?" Aku pernah baca bahwa "Perempuan itu BUKAN untuk dipahami tapi untuk dicintai!". Jin aja nggak sanggup!!!

Friday, February 03, 2006

Pengalaman Adalah Guru Terbaik

Day 95 of my unemployment. Aku sudah menjalani 2 kali proses penerimaan pegawai di Sun Life Financial. Pertama, dua hari setelah aku lepas dari perawatan di RS PGI Cikini. Tiga tahap wawancara (SDM 2 kali + User 1 kali) ditambah psikotest berbahasa Inggris. Semuanya berlangsung dari jam 08:00 sampai jam makan siang. Aku saat itu masih belum 100% pulih tapi Alhamdulillaah bisa bertahan sampai selesai. Berikutnya, wawancara dengan Pak Gatot (supposedly he is the Technical Directors). Mestinya aku datang sore hari sehari sebelumnya. Cuman pas aku udah deket gedung kantor Sun Life, aku kena cipratan air hujan dari jalan. Bajuku kotor dan basah semua. Aku minta wawancara ditunda hingga besok paginya. Aku nggak tahu apakah hasil wawancara bagus atau nggak. Soalnya, nggak seperti biasanya, aku nggak bisa banyak ngomong. Aku merasa tidak siap. Mestinya aku pelajari lagi isi CV yang sudah aku kirim. Mudah-mudahan--harapanku--aku bisa mendapat pekerjaan ini. Pak Gatot bilang banyak kandidat lain untuk posisi ini. Sementara ini aku kerja paruh-waktu sebagai penerjemah-lepas bagi Deka & TNS. Aku dapat order dari DEKA melalui Dewi temenku. Di TNS, aku dapat order dari Ellen, Internal Translator, temen Dewi. Kalau aku pakai istilah Friendster, Dewi itu first-degree friend dan Ellen adalah second-degree friend (I know Dewi and she knows Ellen). Kemampuanku menerjemahkan dokumen berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia, dan sebaliknya, tidak lepas dari pengalaman yang didapat sewaktu masih di MLC. Saat itu aku memang sering mendapat tugas sejenis. Pertama kali aku lakukan di tahun pertama aku kerja. Aku menerjemahkan proposal dan polis asuransi ke dalam bahasa Inggris. Saat itu aku tidak menyangka kalau pengalaman tersebut akan bermanfaat di kemudian hari. Aku harus berterimakasih kepada Bapak Steve O'Reilly (saat itu Direktur Teknik) yang sangat teliti mengedit setiap hasil terjemahanku. Ucapan terimakasih juga harus aku sampaikan kepada Bapak Henry Then (Chief Financial Officer MLC saat ini), beliau seringkali menyampaikan kritikan dan membagi ilmu tentang format pembuatan laporan supaya mudah dibaca. Misalnya saat aku ditugaskan untuk menyiapkan ringkasan kontrak-kontrak reasuransi untuk kantor pusat di Sidney. Kemampuan aku menulis bahasa Inggris memang lumayan OK. Sayangnya aku tidak memiliki kemampuan berbicara dan mendengar bahasa Inggris yang cukup bagus. Contohnya, saat wawancara di Sun Life, aku benar-benar merasa kewalahan. Begitu susahnya aku menuangkan apa yang ada di pikiranku dalam bahasa Inggris, sampai-sampai ngomong itu terasa pegal. :)